Tugas bahasa adalah Kumpulan Puisi, Cerpen, Novel, Bahasa Sunda dan lain lain


Senin, 14 Oktober 2019

Cerpen yang belum ada judul

| Senin, 14 Oktober 2019

Kali ini penulis akan menyuguhkan sebuah cerpen (cerita pendek) kisah dalam cerpen ini diambil dari pengalaman pribadi.
                Esok hari adalah jadwal sidang skripsiku. Semua keperluan untuk sidang, sudah aku siapkan jauh-jauh hari. Memfotokopi skripsi untuk tim penguji, menyiapkan seragam untuk ujian dan membuat konsep skripsi untuk dipresentasikan di depan tim penguji.
Hari ini aku lebih banyak berdiam diri di dalam kos-an. Terlintas dalam pikiran, dari pada berdiam diri lebih baik aku meminta teman kost untuk memberi komentar dan saran terhadap hasil skripsiku. Dia adalah uswatun, biasanya aku panggil dengan sebutan mba Atun. Dia sudah lulus kuliah dan masih betah di Jogja karena memilih bekerja di kota tempat kami menimba ilmu pendidikan. Dia sudah ku anggap seperti kakak sendiri. Orangnya baik hati dan sederhana. Ba’da maghrib, aku menghampiri mba Atun di kamarnya. Di depan pintu kamarnya, aku sedikit mengeraskan suara.
Aku : “mba Atun….mba Atun”….
Mba Atun : “iya…, ada apa Lia?”
Aku :” mba, temenin aku dong. Aku mau latihan presentasi buat ujian skripsi esok hari. Mau kan?”
Mba Atun : “Ya, ayo…, dimana? di kamar mba apa di kamar kamu”?
Aku : “di kamar aku saja mba, biar lebih khusyu”.
Mba Atun : “Oke deh”….
Satu jam berlalu, mba Atun amat setia menemaniku. Dia banyak komentar dan menasehati aku. Katanya skripsiku terlalu banyak menceritakan. Ketika latihan presentasi, volume suara aku kurang keras dan masih kurang percaya diri. Mendengar komentar mba Atun, aku tidak berkecil hati. Komentar tersebut aku anggap satu kekuatan mental untuk menghadapi ujian besok. Setelah memberikan komentar dan saran, mba Atun langsung menuju kamarnya. Setelah itu kami bersiap-siap untuk shalat Isya. Sebelum aku keluar dari kamarnya, aku bercakap-cakap sebentar dengan mba Atun.
Aku : “mba, terima kasih ya atas komentar dan sarannya”.
Mba Atun : “sama-sama, good luck ya. Oh iya, ayo Lia kita shalat berjamaah Isya di mushola!”
Aku : “siap mba…, sampai ketemu di mushola ya”!
Adzanpun berkumandang, aku dan teman-teman yang lain bergegas mengambil wudhu. Saat itu hatiku menjadi lebih tenang. Hampir semua teman kos shalat berjamaah di mushola kost-an. Saat berkumpul di mushola adalah saat-saat dimana kami bersilaturahmi, setelah seharian sibuk dengan urusan masing-masing. Terkadang ada cinta dan tawa di sana. Setelah shalat Isya, aku lanjutkan dengan berdoa dan berdzikir. Aku berdoa semoga ujianku berjalan lancar dan mendapat nilai yang bagus.
Selesai shalat Isya, aku menelepon semua dosen penguji. Ini atas saran teman seperjuangan ku, April biasa aku menyebutnya. Dia adalah teman satu sekolah waktu SMA, aku tidak begitu mengenalnya. Selama di Jogja, dia adalah teman satu jurusan dan satu kelas. Orangnya baik tapi kadang-kadang menyebalkan karena ngomongnya selalu ‘nyeletuk’. April pernah berkata “jika saya nyeletuk, jangan diambil hati soalnya ini sudah jadi karakter saya”. Jadi setiap dia berbicara ‘nyeletuk’ selalu aku maklum. Walau kami satu jurusan dan satu kelas, nasib kami berbeda. April lulus lebih dahulu dari pada aku. April itu pintar, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nya lebih besar dari pada aku. Tapi aku bersyukur karena dalam nilai akademik, aku mendapat predikat cukup memuaskan.
Kantukpun mendera, jam menunjukkan pukul 21:00 WIB. Aku bergegas merapihkan tempat tidur. Aku kunci rapat-rapat pintu kamarku. Sebelum tidur, aku menelpon April.
Lia : “Assalamu’alaikum Pril…, bagaimana kabarmu?”
April : “wa’alaikum salam, Alhamdulillah baik lia”
Lia : “ Pril, doain aku ya”…
April : “iya, aku doain kamu kok semoga besok ujiannya lancar ya…, ngomong-ngomong kamu sudah telepon dosen penguji kamu belum?”
Lia : “sudah Pril, ini kan berkat sarannya kamu”…
April : “syukur lah, semangat ya…”
Lia : “makasih ya Pril atas doa dan dukungannya”
April : “sama-sama lia”
Lia : “wassalamu’alaikum wr. wb”
April : “wa’alaikum salam wr.wb”
                Alhamdulillah tidurku nyenyak. Pagipun menjelang, terdengar suara adzan subuh. Aku bergegas bangun dan mengambil wudhu. Sebelum wudhu, aku cuci muka dan gosok gigi. Aku melihat teman-teman yang lainpun melakukan hal yang sama. Kami tidak mandi terlebih dahulu mungkin karena udara pagi sehingga airnya sangat dingin bagaikan air es. Aku perhatikan jamaah shalat subuh di mushola lebih sedikit dibandingkan pada waktu shalat maghrib atau Isya. Selesai shalat, lagi dan lagi aku berdoa. Bagiku hanya kepada Allah SWT tempat aku meminta. Setelah itu, aku bergegas keluar dari mushola dan menuju kamar aku. Di kamar, aku lanjutkan dengan mengaji. Aku melantunkan beberapa ayat dalam Al Qur’an.

                Selesai mengaji, aku menyiapkan semua keperluan ujian ke dalam tas seperti catatan konsep skripsi, Hand Phone dan dompet. Setelah semua beres, aku latihan presentasi di depan cermin. Aku juga membuat beberapa pertanyaan dan aku jawab sendiri. Siapa tahu saja akan dipertanyakan saat ujian nanti. Setelah aku merasa siap bertempur saat ujian nanti, aku hentikan latihan.

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar