Kali ini penulis akan menyuguhkan sebuah cerpen
(cerita pendek) kisah dalam cerpen ini diambil dari pengalaman pribadi.
Esok
hari adalah jadwal sidang skripsiku. Semua keperluan untuk sidang, sudah aku
siapkan jauh-jauh hari. Memfotokopi skripsi untuk tim penguji, menyiapkan
seragam untuk ujian dan membuat konsep skripsi untuk dipresentasikan di depan
tim penguji.
Hari ini aku lebih banyak berdiam
diri di dalam kos-an. Terlintas dalam pikiran, dari pada berdiam diri lebih
baik aku meminta teman kost untuk memberi komentar dan saran terhadap hasil
skripsiku. Dia adalah uswatun, biasanya aku panggil dengan sebutan mba Atun.
Dia sudah lulus kuliah dan masih betah di Jogja karena memilih bekerja di kota
tempat kami menimba ilmu pendidikan. Dia sudah ku anggap seperti kakak sendiri.
Orangnya baik hati dan sederhana. Ba’da maghrib, aku menghampiri mba Atun di
kamarnya. Di depan pintu kamarnya, aku sedikit mengeraskan suara.
Aku : “mba Atun….mba Atun”….
Mba Atun : “iya…, ada apa Lia?”
Aku :” mba, temenin aku dong. Aku mau latihan
presentasi buat ujian skripsi esok hari. Mau kan?”
Mba Atun : “Ya, ayo…, dimana? di kamar mba apa
di kamar kamu”?
Aku : “di kamar aku saja mba, biar lebih khusyu”.
Mba Atun : “Oke deh”….
Satu jam berlalu, mba Atun amat
setia menemaniku. Dia banyak komentar dan menasehati aku. Katanya skripsiku
terlalu banyak menceritakan. Ketika latihan presentasi, volume suara aku kurang
keras dan masih kurang percaya diri. Mendengar komentar mba Atun, aku tidak
berkecil hati. Komentar tersebut aku anggap satu kekuatan mental untuk
menghadapi ujian besok. Setelah memberikan komentar dan saran, mba Atun
langsung menuju kamarnya. Setelah itu kami bersiap-siap untuk shalat Isya.
Sebelum aku keluar dari kamarnya, aku bercakap-cakap sebentar dengan mba Atun.
Aku : “mba, terima kasih ya atas komentar dan
sarannya”.
Mba Atun : “sama-sama, good luck ya. Oh iya,
ayo Lia kita shalat berjamaah Isya di mushola!”
Aku : “siap mba…, sampai ketemu di mushola ya”!
Adzanpun berkumandang, aku dan
teman-teman yang lain bergegas mengambil wudhu. Saat itu hatiku menjadi lebih
tenang. Hampir semua teman kos shalat berjamaah di mushola kost-an. Saat
berkumpul di mushola adalah saat-saat dimana kami bersilaturahmi, setelah
seharian sibuk dengan urusan masing-masing. Terkadang ada cinta dan tawa di
sana. Setelah shalat Isya, aku lanjutkan dengan berdoa dan berdzikir. Aku
berdoa semoga ujianku berjalan lancar dan mendapat nilai yang bagus.
Selesai shalat Isya, aku menelepon
semua dosen penguji. Ini atas saran teman seperjuangan ku, April biasa aku
menyebutnya. Dia adalah teman satu sekolah waktu SMA, aku tidak begitu
mengenalnya. Selama di Jogja, dia adalah teman satu jurusan dan satu kelas.
Orangnya baik tapi kadang-kadang menyebalkan karena ngomongnya selalu ‘nyeletuk’.
April pernah berkata “jika saya nyeletuk, jangan diambil hati soalnya ini sudah
jadi karakter saya”. Jadi setiap dia berbicara ‘nyeletuk’ selalu aku maklum.
Walau kami satu jurusan dan satu kelas, nasib kami berbeda. April lulus lebih
dahulu dari pada aku. April itu pintar, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nya
lebih besar dari pada aku. Tapi aku bersyukur karena dalam nilai akademik, aku
mendapat predikat cukup memuaskan.
Kantukpun mendera, jam menunjukkan
pukul 21:00 WIB. Aku bergegas merapihkan tempat tidur. Aku kunci rapat-rapat pintu
kamarku. Sebelum tidur, aku menelpon April.
Lia : “Assalamu’alaikum Pril…, bagaimana
kabarmu?”
April : “wa’alaikum salam, Alhamdulillah baik
lia”
Lia : “ Pril, doain aku ya”…
April : “iya, aku doain kamu kok semoga besok
ujiannya lancar ya…, ngomong-ngomong kamu sudah telepon dosen penguji kamu
belum?”
Lia : “sudah Pril, ini kan berkat sarannya
kamu”…
April : “syukur lah, semangat ya…”
Lia : “makasih ya Pril atas doa dan
dukungannya”
April : “sama-sama lia”
Lia : “wassalamu’alaikum wr. wb”
April : “wa’alaikum salam wr.wb”
Alhamdulillah
tidurku nyenyak. Pagipun menjelang, terdengar suara adzan subuh. Aku bergegas
bangun dan mengambil wudhu. Sebelum wudhu, aku cuci muka dan gosok gigi. Aku
melihat teman-teman yang lainpun melakukan hal yang sama. Kami tidak mandi
terlebih dahulu mungkin karena udara pagi sehingga airnya sangat dingin
bagaikan air es. Aku perhatikan jamaah shalat subuh di mushola lebih sedikit
dibandingkan pada waktu shalat maghrib atau Isya. Selesai shalat, lagi dan lagi
aku berdoa. Bagiku hanya kepada Allah SWT tempat aku meminta. Setelah itu, aku
bergegas keluar dari mushola dan menuju kamar aku. Di kamar, aku lanjutkan
dengan mengaji. Aku melantunkan beberapa ayat dalam Al Qur’an.
Selesai
mengaji, aku menyiapkan semua keperluan ujian ke dalam tas seperti catatan
konsep skripsi, Hand Phone dan dompet. Setelah semua beres, aku latihan presentasi
di depan cermin. Aku juga membuat beberapa pertanyaan dan aku jawab sendiri.
Siapa tahu saja akan dipertanyakan saat ujian nanti. Setelah aku merasa siap
bertempur saat ujian nanti, aku hentikan latihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar